Rabu, 07 Desember 2011

Kemampuan Berbahasa Inggris di Asia Rendah

19/09/2011 20:24
Liputan6.com, Jakarta: EF English Proficiency Index berhasil menemukan beberapa kunci yang menarik selama data uji unik (metodologi khusus) pada lebih dari dua juta orang di 44 negara yang menggunakan tes gratis secara online selama kurun waktu tiga tahun yakni 2007-2009. Salah satunya adalah kemampuan berbahasa Inggris di Asia adalah rendah.

India sekarang tidak lebih cakap berbahasa Inggris dibanding Cina walaupun punya warisan sebagai kolonial Inggris dan reputasi sebagai negara berbahasa Inggris. Tentu sulit mengestimasi jumlah pasti pengguna bahasa Inggris di dua negara itu meski survey menunjukkan jumlah yang hampir sama. Cina diperkirakan melampaui India di beberapa tahun mendatang.

Temuan lainnya yakni Spanyol dan Italia tertinggal jauh dari negara Eropa Barat lainnya. Eropa Utara adalah pengguna bahasa Inggris tertinggi di dunia tentu bukan gambaran utama. Sekarang 90 persen siswa di Eropa wajib belajar bahasa Inggris di sekolah. Ditambah perusahaan dan pabrik di Eropa mengharuskan pekerjanya menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar.

Yang mengejutkan lagi adalah bahasa Spanyol mengalahkan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di Amerika Latin. Amerika Latin menjadi daerah terbawah dengan kemampuan berbahasa Inggris yang hampir tidak melampaui batas akhir kemahiran tes. Ini dapat menunjukkan berbahasa Spanyol lebih penting di karena digunakan untuk bisnis internasional, diplomasi dan perjalanan.

Terakhir, negara dengan kemampuan berbahasa Inggris baik mempunyai pendapatan per kapita tinggi. EF EPI menunjukkan hubungan antara kemampuan berbahasa Inggris dengan penghasilan tinggi. Kasus sebab dan akibat. Negara berpenghasilan tinggi punya tendensi berinvestasi lebih di bidang pendidikan termasuk bahasa Inggris, bahasa pengantar utama di ekonomi global.(JUM)

Selasa, 18 Oktober 2011

2015, Bahasa Inggris Jadi Bahasa ‘Resmi’ ASEAN


Jakarta – Penggunaan bahasa Inggris disepakati sebagai bahasa ‘resmi’ di kawasan Asean pada 2015, seiring terbentuknya Komunitas Asean. Karenanya, penguasaan bahasa Inggris begitu penting dalam menjalin kerjasama di kawasan ini.
“Tidak bisa dipungkiri, meski tiga dari 10 negara Asean memiliki kesamaan bahasa Melayu, namun bahasa Inggris tetap yang utama,” kata Jenny Lee, COO & Director (Education Programe) Internastional Test Center (ITC), Kamis (13/10), di sela ETS Leadership Series 2011, Towards a Community of Nations (Asean 2015) Be Ready for Impact!, yang diadakan ITC, di Jakarta.
Karenanya, dalam seminar ini membahas pengembangan pembelajaran bahasa Inggris dan asesmen terkait yang dipakai di negara-negara anggota Asean. Selain itu, membahas tantangan dan peluang yang dihadapi komunitas Asean untuk meningkatkan kecakapan bahasa Inggris dalam komunikasi internasional.
“Kesepakatan para pemimpin Asean untuk menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa baku di kawasan Asean, mendorong kami untuk mengumpulkan para ahli dari negara-negara Asean dan pejabat pendidikan kementerian terkait untuk memberikan masukan,” tambahnya.
Para ahli, kata Victor Chan, CEO ITC, menyoroti norma-norma penilaian pembelajaran bahasa Inggris dan tren di negara masing-masing. Terutama penggunaan Test of English for International Communication (TOEIC) untuk mengukur kemampuan bahasa Inggris untuk komunikasi internasional.
TOEIC ini mengukur empat empat area utama dalam berbahasa, yaitu mendengarkan, membaca, berbicara dan menulis. Test ini akui sebagai instrumen bagi pelaku bisnis di dunia dalam merekrut keterampilan calon pekerja. Ada sebanyak 70 ribu lowongan kerja di negara Asean yang bisa menerima mereka yang bersertifikasi TOEIC. Berbeda dengan TOEFL, yang hanya dipergunakan untuk melanjutkan study di luar negeri.
“Kami sangat mendorong penggunaan bahasa Inggris di Indonesia dengan menjadi pembicara di berbagai seminar internasional untuk memotivasi ketakutan dan pemahaman yang salah tentang penggunaan bahasa Inggris,” tambahnya.
Di Indonesia sendiri masih terjadi kesenjangan dalam pembelajaran bahasa Inggris. Karena itu, pihaknya berharap pemerintah Indonesia ikut membantu permasalahan ini. (ndr)


Bahasa Inggris Perlu untuk Negara di ASEAN




tribunnews.com 
 Dibaca : 78 kali | Komentar: 0




















Bahasa pengantar di kawasan Asia Tenggara menjadi kunci penting bagi pembangunan Komunitas Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), kata Direktur Connectere yang berasosiasi dengan Educational Testing Service (ETS) Jessie Cheong.
"Agar tenaga kerja dari ASEAN lebih berkompeten, setiap warga perlu menyadari pentingnya menguasai bahasa Inggris sebagai media komunikasi menuju Komunitas ASEAN 2015," kata Jessie yang menjadi pembicara dalam Seminar Kepemimpinan ETS 2011: Towards a Community of Nations (ASEAN 2015) di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (13/10)
Jessie mengatakan terdapat beberapa contoh negara anggota ASEAN seperti Filipina dan Singapura dimana SDM-nya memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang baik sehingga mendapat lebih banyak kesempatan untuk bekerja di perusahaan asing maupun di luar negeri.
Menurut Jessie sebanyak sepuluh persen dari 18,6 juta warga Filipina telah bekerja di luar negeri karena memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik.
Selain itu Singapura yang telah mengadaptasi bahasa Inggris sebagai bahasa resmi juga memiliki tenaga kerja yang tentu saja kompeten dalam berbahasa Inggris di segala bidang kerja, ujar Jessy.
Sementara itu pendiri Pusat Asesmen Profesional, Robert Woodhead, asal Thailand dalam acara yang sama mengatakan tiga pilar ASEAN --Komunitas Politik dan Keamanan, Komunitas Ekonomi ASEAN serta Komunitas Kebudayaan dan Sosial ASEAN-- menjadi tantangan warga Asia Tenggara untuk bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan lancar.
"Guna memenuhi tiga pilar ASEAN tersebut, pendidikan, khususnya pendidikan bidang bahasa Inggris di segala lapisan menjadi elemen penting agar pembentukan Komunitas ASEAN 2015 berjalan sukses dan stabil," kata Robert.
Menurut Robert ASEAN perlu menentukan standar kompeten bahasa Inggris bagi tenaga kerja profesional agar dapat mengukur kemampuan berbahasa Inggris di masing-masing bidang kerja.
Robert mengatakan setelah lintas batas ASEAN 2015 dimulai, seluruh organisasi dan perusahaan dalam kawasan memiliki akses tanpa batas dalam membangun kompetisi SDM yang terbuka.
"Oleh karena itu dibutuhkan standar internasional yang sesuai dan memungkinkan pengukuran berbagai jenis keterampilan sesuai bidang pekerjaan yang tersedia," tambah Robert.
Robert menjelaskan standar tersebut bisa dilakukan dengan "Test Of English for International Communication" (TOEIC) sehingga para praktisi SDM di masing-masing negara ASEAN dapat dengan mudah melakukan proses perekrutan dan membandingkan secara efektif keterampilan berbahasa dari calon pekerja yang potensial di wilayah ASEAN.  (ant)

"Let's have fun with English": Praktek Pembelajaran Bahasa Inggris Anak di UMM


English for Young Learners (EYL) merupakan mata kuliah pilihan di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris (JPBIng) UMM. EYL adalah mata kuliah pilihan yang fokus pada pembelajaran B.Inggris untuk anak usia Sekolah Dasar (SD). Pada tahun ini, jumlah mahasiswa yang mengikuti praktek mengajar EYL melonjak dua kali lipat dari jumlah pada tahun-tahun sebelumnya. Jumlah itu mencapai seratus mahasiswa yang kesemuanya diharapkan mengikuti praktek mengajar di akhir perkuliahan.
Mata Kuliah EYL harus diselesaikan dalam 3 semester, yaitu : EYL 1 (pada semester 6), EYL 2 (pada semester 7) dan EYL 3 (pada semester 8). Pada EYL 1 dan 2, mahasiswa dibekali dengan teoti dan praktek persiapan pengajaran, sedangkan pada EYL 3, mereka harus mengikuti praktek mengajar. Dalam hal ini, JPBIng UMM melakukan inovasi dimana mahasiswa tidak diwajibkan praktek mengajar di SD – SD yang sudah ada, tetapi diharuskan untuk membuka kelas sendiri layaknya sebuah sekolah.
Pada semester ini, praktek mengajar dimuali pada 4 April 2010 dan berakhir pada 6 Juni 2010. Mahasiswa/Guru Praktek berhasil membuka 5 kelas (kelas 1, 2, 3, 4, dan gabungan 5-6)  dengan jumlah rata-rata masing-masing kelas adalah 25 siswa. Siswa yang berasal dari macam-macam SD yang ada disekitar Kampus UMM sangat antusias sekali untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan oleh mahasiswa EYL karena pembelajaran yang dilakukan berbeda dengan pembelajaran bahasa Inggris di sekolah. Mereka belajar bahasa Inggris dengan model pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan  menyenangkan. Pembelajaran ini memberikan pengalaman lebih bagi siswa untuk dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris. Sehingga, siswa merasa seperti belajar bahasa mereka sendiri.
Pada hari minggu, tanggal 6 Juni 2010 adalah hari terakhir bagi mahasiswa untuk praktek mengajar. Pada hari tersebut akan dilaksanakan acara penutupan kelas yang bertajuk Art Performance. Acara tersebut adalah sebuah refleksi dari pembelajaran yang telah dilakukan. Art Performance merupakan acara dimana para siswa dari tiap kelas harus menampilkan kebolehan mereka dan tentu saja harus berbahasa Inggris. Hal ini ditujukan untuk mengetahui hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan. Acara yang akan dilaksanakan pukul 08.30 - 11.00 BBWI akan dihadiri para wali murid agar mereka juga dapat mengetahui hasil belajar anak-anaknya secara langsung.