Selasa, 18 Oktober 2011

Bahasa Inggris Perlu untuk Negara di ASEAN




tribunnews.com 
 Dibaca : 78 kali | Komentar: 0




















Bahasa pengantar di kawasan Asia Tenggara menjadi kunci penting bagi pembangunan Komunitas Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), kata Direktur Connectere yang berasosiasi dengan Educational Testing Service (ETS) Jessie Cheong.
"Agar tenaga kerja dari ASEAN lebih berkompeten, setiap warga perlu menyadari pentingnya menguasai bahasa Inggris sebagai media komunikasi menuju Komunitas ASEAN 2015," kata Jessie yang menjadi pembicara dalam Seminar Kepemimpinan ETS 2011: Towards a Community of Nations (ASEAN 2015) di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (13/10)
Jessie mengatakan terdapat beberapa contoh negara anggota ASEAN seperti Filipina dan Singapura dimana SDM-nya memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang baik sehingga mendapat lebih banyak kesempatan untuk bekerja di perusahaan asing maupun di luar negeri.
Menurut Jessie sebanyak sepuluh persen dari 18,6 juta warga Filipina telah bekerja di luar negeri karena memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik.
Selain itu Singapura yang telah mengadaptasi bahasa Inggris sebagai bahasa resmi juga memiliki tenaga kerja yang tentu saja kompeten dalam berbahasa Inggris di segala bidang kerja, ujar Jessy.
Sementara itu pendiri Pusat Asesmen Profesional, Robert Woodhead, asal Thailand dalam acara yang sama mengatakan tiga pilar ASEAN --Komunitas Politik dan Keamanan, Komunitas Ekonomi ASEAN serta Komunitas Kebudayaan dan Sosial ASEAN-- menjadi tantangan warga Asia Tenggara untuk bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan lancar.
"Guna memenuhi tiga pilar ASEAN tersebut, pendidikan, khususnya pendidikan bidang bahasa Inggris di segala lapisan menjadi elemen penting agar pembentukan Komunitas ASEAN 2015 berjalan sukses dan stabil," kata Robert.
Menurut Robert ASEAN perlu menentukan standar kompeten bahasa Inggris bagi tenaga kerja profesional agar dapat mengukur kemampuan berbahasa Inggris di masing-masing bidang kerja.
Robert mengatakan setelah lintas batas ASEAN 2015 dimulai, seluruh organisasi dan perusahaan dalam kawasan memiliki akses tanpa batas dalam membangun kompetisi SDM yang terbuka.
"Oleh karena itu dibutuhkan standar internasional yang sesuai dan memungkinkan pengukuran berbagai jenis keterampilan sesuai bidang pekerjaan yang tersedia," tambah Robert.
Robert menjelaskan standar tersebut bisa dilakukan dengan "Test Of English for International Communication" (TOEIC) sehingga para praktisi SDM di masing-masing negara ASEAN dapat dengan mudah melakukan proses perekrutan dan membandingkan secara efektif keterampilan berbahasa dari calon pekerja yang potensial di wilayah ASEAN.  (ant)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar